Masih di Sabana I, Gunung Merbabu

Adinda Milaba
2 min readMar 24, 2023

--

24 Mei 2017, Rabu xx.xx WIB

Edelweis Gunung Merbabu dan Matahari Pagi

Semalam nyatanya aku tidak bisa tidur. Tidak senyenyak camp pertama (Pos I) di bawah Bintami, meski terkadang Macaca datang dan pergi. Camp kedua (dan juga ketiga) ini kami dirikan di antara Cantigi. Berharap bisa bersembunyi dari angin, nyatanya itu yang membuat tidur kurang nyenyak semalaman, selain si Sigung yang bersikeras ingin mengambil entah apa.

Ya, mungkin bukan ia yang mengganggu kami. Sebaliknya, bisa saja kami yang mengganggunya. Bukankah savana berbukit ini adalah rumahnya?

Kurang lebih pukul 4 lewat banyak, kebutuhan untuk buang air kecil mengharuskan untuk keluar tenda. Dan kedinginan-kedinginan ini dibayar dengan tuntas. Gemerlap lampu kota, gemerlap cahaya bintang, dan yang selalu indah meski hanya seperempat: bulan yang terang.

Lalu ketika yang lain dengan rela sibuk memasak, aku di sini saat ini. Menghadap Lawu di kejauhan, mengharap hangatnya matahari terbit yang tak kunjung muncul, meninggalkan Merapi yang masih tertutup kabut di Selatan. Jalur pendakian kami yang menanti, ada di Utara. Tidak begitu dingin di sini, ada Cantigi dan Edelweis yang mengelilingi. Meski sedikit terganggu dengan selebaran-selebaran tisu basah bekas pendaki yang menjijikkan. Kalian pikir tisu basah bisa terurai secepat itu?

Aku berfikir kami adalah generasi yang masih beruntung. Masih bisa kedinginan di ketinggian di atas 2600 mdpl, masih bisa duduk di antara Anaphalis javanica dan Dandelion (atau entah jenis apa) yang belum berbunga. Dan sekarang daun Cantigi mulai menjadi perak tertimpa matahari pagi. Kami siap menghadapi hari ini.***

p.s: tulisan ini adalah cerita perjalanan Pendakian Gunung Merbabu. Bersama dengan Waclong, Kancil, Badak, dan Jepang. Kami adalah Mahasiswa Pencinta Alam Silvagama, Fakultas Kehutanan, UGM. Tulisan ini hanya jejak yang kami tinggalkan di Gunung Merbabu, Jawa Tengah.

Badak, Kancil, Penulis, dan Waclong (foto oleh Jepang)

--

--

Adinda Milaba

Belajar kehutanan. Bekerja penelitian. Terkadang bisa menulis sajak (sepertinya).